Gambar hitam putih itu merekam bagaimana Soekarno sedang berbicara kepada Monroe. Keduanya sama-sama menunduk. Namun, Monroe yang mengenakan gaun itu agak mendekatkan telinganya ke arah Bung Karno.
Pesta yang terlalu berisik barangkali membuat Soekarno dan Monroe begitu dekat malam itu. Namun namanya foto, ia hanya membekukan si blonde yang berpose manja kepada sang proklamator.
"Soekarno mengekspresikan keinginannya untuk bertemu Nona Monroe, salah satu aktris favorit di negaranya," demikian caption asli foto tersebut.
Pertemuan Soekarno dan Marilyn tak mungkin terjadi tanpa jasa Joshua Logan, sutradara film Bus Stop. Saat itu Marilyn tengah sibuk syuting film tersebut bersama Logan.
Bos Motion Picture Producers Association kala itu, Eric Johnston mengadakan pesta di Beverly Hills Hotel, Hollywood untuk menyambut kunjungan Bung Karno. Sebetulnya, Marilyn tak diundang ke pesta itu. Namun, usai syuting Bus Stop hari itu, Logan mengajak Marilyn.
Karena yang meminta sutradaranya, Marilyn menurut, meski esok harinya dia akan berulang tahun ke-30. Bintang film 'The Seven Year Itch' yang terkenal dengan pose rok tersibak ini memang lahir 1 Juni 1926 atau tepat 86 tahun lalu.
Bagaimana kelanjutan kisah Monroe dan Bung Karno setelah pertemuan itu tidak banyak yang tahu. Tetapi menurut Joseph Smith, mantan pejabat CIA di Asia, dikutip dari buku Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe karangan Anthony Summer, ada pertemuan lanjutan setelah itu.
"Ada upaya untuk membuat Soekarno terus bersama Monroe. Pertengahan 1958, saya mendengar ada rencana untuk membawa mereka bersama ke ranjang," ujar Joseph Smith di buku itu. Soal kebenaran pernyataan Smith itu, sampai sekarang masih jadi misteri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar