Soekarno dan Marilyn Monroe dalam sebuah pesta di AS 1956.
Imbasnya, pemerintah kolonial Belanda semakin memperketat pengawasan terhadap Soekarno. Rapat-rapat PNI selalu diawasi intel-intel Belanda. Tidak ada tempat aman lagi untuk bicara politik dan pergerakan nasional di Bandung sekitar tahun 1928.
Soekarno tak kehabisan akal. Dia menggelar rapat di lokalisasi alias tempat pelacuran. Inilah tempat yang paling aman.
"Aku memikirkan siasat gila-gilaan untuk membikin polisi bingung. Kami melakukan kamuflase dengan menyelenggarakan rapat di sebuah rumah pelacuran. Wah, ini luar biasa bagusnya. Tapi ini semata-mata untuk memenuhi kepentingan organisasi kami. Ke mana lagi seseorang yang diawasi harus pergi agar aman dan bebas dari kecurigaan," ujar Soekarno dalam biografi 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' yang ditulis Cindy Adams.
Soekarno pun merekrut para pelacur untuk menjadi kader PNI. Ada 670 anggota PNI Bandung yang berprofesi sebagai pelacur. Mereka memiliki jasa yang sangat besar bagi partai dan perjuangan Soekarno.
Soekarno memerintahkan para wanita ini mencari informasi rahasia dari para polisi dan pejabat Belanda. Mereka selalu berhasil.
"Pelacur adalah mata-mata paling baik di dunia. Aku telah membuktikannya di Bandung. Kau tak dapat membayangkan betapa banyak manfaat yang bisa dilakukan para wanita ini," aku Soekarno.
Selain itu mereka pun disuruh melakukan teror dengan cara yang halus. Misalnya saat seorang pejabat Belanda sedang berjalan dengan istrinya, maka wanita anak buah Soekarno itu akan mendekat dan berkata dengan mesra pada si pejabat.
"Selamat malam tuan X," beberapa meter dari sana sudah menunggu wanita lain yang menyapa si Belanda. "Hallo, selamat malam untukmu," dengan nada genit.
"Istri mana yang tidak gila menghadapi situasi seperti ini. Muslihat ini termasuk dalam perang urat saraf kami," ujar Soekarno.
Bukan itu saja, para pelacur ini selalu memberikan sumbangan uang untuk partai. Hal ini sangat membantu karena para politikus PNI justru seringkali kekurangan uang. Kehadiran para wanita ini pun membuat kader PNI laki-laki bersemangat untuk datang dalam rapat maupun pelatihan kader.
Tentu saja tidak semua orang senang dengan langkah Soekarno ini. Politikus PNI Ali Sastroamijoyo mengecam langkah Soekarno. Menurut Ali, tindakan Soekarno memanfaatkan prostitusi tak bisa dibenarkan. Hal ini merusak cita-cita dan perjuangan partai.
Tapi Soekarno cuek saja. Dia yakin akan tindakannya. Menurutnya, semua unsur harus dikerahkan dalam perjuangan Indonesia. Soekarno malah membela para wanita yang dianggapnya justru memiliki peran sangat penting.
"Dalam kerja ini, maka para gadis pesanan, pelacur atau apapun nama yang akan diberikan kepada mereka, merupakan orang-orang penting. Anggota lain dapat kutinggalkan. Tetapi meninggalkan perempuan macam mereka, tunggu dulu," ujarnya.
"Ambilah misalnya Madame Pompadour-dia seorang pelacur. Lihat betapa tersohornya dia dalam sejarah. Ambil pula Theroigne de Merricourt, pemimpin perempuan di Prancis. Lihat barisan roti di di Versailles. Siapakah yang memulainya? Para kupu-kupu malam ini," tegas Soekarno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar